POLA PENANAMAN PADA HUTAN RAKYAT

Posted by IIS YUNINGSIH on Rabu, Desember 27, 2017 with 2 comments
POLA PENANAMAN PADA HUTAN RAKYAT

Secara fisik hutan rakyat memiliki pola tanam yang beragam dan berbeda di setiap daerah, baik cara memilih jenis yang dikembangkan maupun cara penataannya di lapangan. Berdasarkan Perdirjen Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial nomor P.I/IV-SET/2013, tentang Petunjuk Teknis pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan bahwa penanaman hutan rakyat dapat dilakukan dengan 2 (dua) pola sebagai berikut :
a)    Tumpangsari
Tumpangsari (interplanting, mixed planting) merupakan suatu pola penanaman yang dilaksanakan dengan menanam tanaman semusim sebagai tanaman sela di antara larikan tanaman pokok (kayu/MPTS).Pola ini biasanya dilaksanakan di daerah yang pemilikan tanahnya sempit dan berpenduduk padat, tanahnya masih cukup subur dan topografi datar atau landai.Pengolahan tanah dapat dilakukan secara intensif.
b)   Tanaman Hutan
Pola tanam ini merupakan pola tanaman kayu-kayuan, yang mengutamakan produk tertentu, baik kayu maupun non kayu.
Teknik penanaman pada hutan rakyat dilakukan pada lahan terbuka maupun pada kebun campuran.Penanaman hutan rakyat pada lahan terbuka dapat dilakukan dengan teknik :
a.       Baris dan larikan tanaman lurus
Pelaksanaan teknik ini dilakukan pada lahan dengan tingkat kelerengan datar tetapi tanah peka terhadap erosi.Larikan tanaman dibuat lurus dengan jarak tanam teratur.
 
                        Gambar 1. Baris dan Larikan Tanaman Lurus
b.      Tanaman jalur dengan sistem tumpangsari
Teknik tanam ini sesuai untuk lahan dengan tingkat kelerengan datar s/d landai dan tanah tidak peka terhadap erosi.Larikan tanaman dibuat lurus dengan jarak tanam teratur.Karena menggunakan pola tanam tumpangsari, maka jarak tanaman antar jalur perlu lebih lebar.Diantara tanaman pokok dapat dimanfaatkan untuk tumpangsari tanaman semusim, dan atau tanaman sela.
                                          
 Gambar 2. Contoh Tanam Jalur dengan Pola Tumpangsari


c.       Penanaman searah garis kontur
Teknik penanaman ini sesuai untuk lahan dengan kelerengan agak curam s/d curam.Penanaman dilakukan dengan sistim cemplongan.
                                    Gambar 3. Contoh Penanaman Searah Garis Kontur
Sedangkan Penanaman hutan rakyat pada kebun campuran dilakukan pada umumnya berupa tanaman kayu-kayuan maupun tanaman MPTS. Teknis penanamannya dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu :
a) Sistem Cemplongan.
Sistim cemplongan adalah teknik penanaman yang dilaksanakan dengan pembuatan lobang tanam dan piringan tanaman.Pengolahan tanah hanya dilaksanakan pada piringan disekitar lobang tanaman.Sistem cemplongan dilaksanakan pada lahan-lahan yang miring dan peka terhadap erosi.
b) Sistem Jalur.
Teknik ini dilaksanakan dengan pembuatan lobang tanam dalam jalur larikan, dengan pembersihan lapangan sepanjang jalur tanaman.Teknik ini dapat dipergunakan di lereng bukit dengan tanaman sabuk gunung (countur planting).
c) Sistem tugal (zero tillage)
Teknik ini dilaksanakan dengan tanpa olah tanah (zero tillage).Lubang tanaman dibuat dengan tugal (batang kayu yang diruncingi ujungnya).Teknik ini cocok untuk pembuatan tanaman dengan benih langsung terutama pada areal dengan kemiringan lereng yang cukup tinggi, namun tanahnya subur dan peka erosi.
Untuk memberikan hasil yang maksimal maka pola penanaman pada hutan rakyat harus dipilih yang sesuai dengan acuan teknis, sehingga lahan yang ada dapat dikelola secara optimal.  Disamping itu pemilihan jenis tanaman harus disesuaikan dengan kondisi setempat serta bernilai tinggi sehingga dapat benar-benar memberikan hasil yang maksimal.

PEMELIHARAAN PADA HUTAN RAKYAT

Posted by IIS YUNINGSIH on Kamis, November 30, 2017 with No comments
PEMELIHARAAN PADA HUTAN RAKYAT
Silvikultur atau budidaya tanaman hutan merupakan komponen pengelolaan hutan pada tindakan level tegakan yang digunakan untuk mengatur struktur, komposisi jenis dan pertumbuhannya. Pada dasarnya tidak ada teknik silvikultur atau cara budidaya yang khusus untuk mengelola hutan rakyat, karena pengelolaan hutan rakyat sepenuhnya hak rakyat itu sendiri sebagai pemilik lahan, dan mereka yang lebih mengetahui potensi dan masalah lahannya. Sebagai pedoman dalam pengelolaan hutan rakyat yang sesuai dengan aspek silvikultur maka, kegiatan pemeliharaan tanaman terdiri atas kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1.      Rahabilitas teras dan Saluran pembuangan air (SPA /SPAT)
Tujuannya untuk menyempurnakan bangunan teras sehingga dapat mengurangi degradasi lahan akibat terjadinya erosi sehingga kualitas lahan dapat terjaga.
2.      Pendangiran Tanah dan Penyu laman Tanaman
Pendangiran tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tercipta kondisi aerasi dan drainase tanah yang baik, sedangkan penyulaman tanaman dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang mati guna meningkatkan keberhasilan tanaman.

3.    Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan dalam tahapan pemeliharaan. Pemupukan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas tegakan dan produksi usahatani yang akhirnya akan berpengaruh pada tingkat pendapatan petani. Sebaliknya jika tidak dilakukan pemupukan akan terjadi penurunan kesuburan tanah yang akan menyebabkan menurunnya kualitas pada tegakan dan produksi usahatani.

Pemupukan biasanya dilakukan pada tahun pertama sampai pada tahun ke tiga. Pemupukan dapat menggunakan pupuk organik maupun pupuk anorganik. Pupuk organik bisa menggunakan pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk yang sudah dipermentasi sedangkan pupuk anorganik bisa menggunakan NPK, Phospat dan lain-lain.

Frekuensi pemupukan untuk tanaman kayu-kayuan cukup dilakukan setahun sekali selama tiga tahun. Pemupukan sebaiknya dilakukan pada musim hujan supaya unsur hara tersebut dapat diserap oleh akar pohon. Dosis pemupukan baik pupuk organik maupun pupuk anorgani disesuaikan dengan kondisi tanahnya. Sebagai acuan untuk pemupukan tanaman kayu-kayuan perpohon dengan menggunakan pupuk NPK adalah sebagai berikut : Tahun ke-1 sebanyak 180 g/pohon, tahun ke-2 sebanyak 150 g/pohon dan pada tahun ke-3 sebanyak 200 g/pohon
Ada pun teknik pemupukan untuk tegakan kayu-kayuan adalah sebagai berikut :
  • Batas tajuk untuk membuat lorakan
  • Buat lorakan mengelilingi pohon inti untuk meletakan pupuk
  • setelah pupuk di letakan dilorakan kemudian ditutup kembali oleh tanah agar jika ada hujan tidak terbawa air hujan
4.      Penyiangan
Kegiatan penyiangan dimaksudkan untuk menghilangkan tanaman pengganggu yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengurangi kompetisi dengan tanaman pengganggu dalam memperoleh air, unsur hara, dan cahaya matahari. Penyiangan diakhiri setelah tanaman mampu bersaing dengan tumbuhan liar terutama untuk memperolah cahaya matahari. Untuk jenis cepat tumbuh (fast growing species) biasanya dicapai pada umur 2-3 tahun sedangkan untuk jenis lambat tumbuh dicapai pada umur 3-4 tahun.
5.      Pemangkasan Cabang (Prunning)
Pemangkasan adalah kegiatan yang bertujuan untuk pembuangan cabang bagian bawah untuk memperoleh batang bebas cabang yang panjang dan bebas dari mata kayu.
Tujuan dari Prunning adalah  mengurangi gangguan tanaman pertanian berupa naungan dari tanaman tahunan, meningkatkan kualitas batang dengan mengurangi cacat mata kayu, memenuhi kebutuhan energi berupa kayu bakar, serta untuk memenuhi kebutuhan akan hijauan makanan ternak.
5.      Penjarangan
Penjarangan tegakan adalah tindakan pengurangan jumlah batang per satuan luas untuk mengatur kembali ruang tumbuh pohon dalam rangka mengurangi persaingan antar pohon dan meningkatkan kesehatan pohon dalam tegakan.
Untuk jenis pohon cepat tumbuh penutupan tajuk terjadi pada umur lebih muda dibandingkan jenis medium atau lambat tumbuh. Umumnya untuk jenis cepat tumbuh penjarangan pertama berkisar antara 3-4 tahun dan untuk jenis medium dan lambat antara 5-10 tahun.
Kegiatan penjarangan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau karena sifatnya penebangan. Pohon-pohon yang dimatikan dalam penjarangan terdiri dari :
  • Pohon-pohon dengan batang cacat atau sakit ( bengkok angin, pangkal batang berlubang atau cacat, luka terbakar, luka tebangan, benjol inger-inger dan sebagainya)
  • Pohon-pohon yang kurang baik bentuk atau kualitasnya (garpu, bayonet, bengkok, benjol, muntir, beralur dan bergerigi yang dalam)
  • Pohon-pohon tertekan (kecuali untuk mengisi lubang-lubang tajuk) pohon yang tajuknya , seluruh atau sebagian besar, berada di bawah tajuk pohon lain dan tingginya kurang dari 3/4 tinggi rata-rata.
Metode penjarangan yang dapat dipilih diantaranya yaitu :
a.     Penjarangan seleksi rendah
  • Sebagai dasar pertimbangannya adalah memicu pertumbuhan dan meningkatkan kualitas tegakan tinggal
  • semua pohon berukuran kecil dan pertumbuhannya kurang baik atau tertekan ditebang/dijarang
b.   Penjarangan tajuk
Ada dua tipe penjarangan tajuk yang dapat dipergunakan yaitu :
  • Penjarangan tajuk ringan
Menurut metode ini semua pohon yang mati karena terserang penyakit dan pohon yang menduduki lapisan tajuk teratas (wolf trees) dijarangkan. Pohon yang ditinggalkan terdiri dari pohon yang termasuk kelas dominan
  • Penjarangan tajuk berat
Metode ini hampir sama dengan penjarangan tajuk ringan. Bedanya semua pohon yang menyaingi pohon yang terpilih termasuk sekalipun pohon yang dominan ditebang. Pohon yang sudah ditetapkan tersebut tersebar merata di seluruh areal dan tidak menyaingi.
6.      Pemberantasan Hama dan Penyakit

Bertujuan untuk mengatur populasi hama dan penyakit agar tidak menimbulkan keruskan yang dinilai secara ekonomis merugikan.


WANAFARMA PADA HUTAN RAKYAT

Posted by IIS YUNINGSIH on Jumat, September 29, 2017 with No comments

POLA WANAFARMA ALTERNATIF
MENINGKATKAN PRODUKSI PADA HUTAN RAKYAT

E:\PHOTO-PHOTO\foto mata air\Desa Gunungtanjung\230420131775.jpgWanafarma adalah suatu bentuk pola tanam yang memadukan antara tanaman hutan (wana) dan tanaman obat (farma), sehingga dengan menyisipkan tanaman obat-obatan diantara tanaman kayu-kayuan, lahan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal.  Pemanfataan lahan dibawah tegakan dengan tanaman obat-obatan  ini  merupakan salah satu alternatif bagi petani yang memiliki lahan sempit, sehingga hasil dari lahan tersebut dapat  meningkatkan produksi  serta pendapatan dan kesejahteraan petani.

Upaya pemanfaatan lahan dibawah tegakan dengan tanaman obat-obatan perlu memperhatikan beberapa aspek yaitu :
  1. Kesesuaian antara tanaman pokok dan tanaman bawah
  2. Tidak ada persaingan cahaya,     
  3. Air   hara dan CO2
  4. Tanaman tidak memiliki hama dan penyakit yang sama.   
  5. Minat petani terhadap jenis tanaman yang dipilih
  6. Peluang pasar
  7. Kecocokan jenis tanaman dengan lokasi

Yang paling menentukan keberhasilan dalam pola wanafarma yakni pengaturan jarak tanam. Jarak tanam perlu diatur dan disesuaikan dengan lebar dan kerapan tajuk, agar intesitas cahaya matahari yang masuk dapat terpenuhi, baik untuk tanaman pokok maupun tanaman di bawahnya. Bila jarak tanam terlalu rapat, maka akan menghambat pertumbuhan tanaman sehingga hasilnya kurang optimal. Secara umum jarak tanam untuk kayu-kayuan adalah  3  x 1 meter dan MPTS 5 x 5 meter, dengan demikian ruang diantara tanaman pokok dapat ditanami tanaman bawah (farm).
Pola penanaman pada lahan yang telatif datar, menggunakan arah larikan Timur - Barat, hal ini dimaksudkan agar cahaya matahari bisa masuk sepanjang harinya baik yang dibutuhkan oleh tanaman pokok maupun tanaman bawah. Sedangkan pada lahan yang berbukit atau begunung, arah larikan mengikuti kontur (nyabuk gunung).

Selain itu, yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah tinggi tanaman bawah tak boleh melebihi tinggi tanaman pokok. Hal ini bertujuan agar tidak menghambat pertumbuhan dari tanaman pokok. Penanaman  tanaman bawah sebaiknya dilakukan setelah tanaman pokok berumur 1 tahun dengan maksud agar tanaman pokok lebih tinggi dari pada tanaman bawah.

Kecukupan unsur hara dalam tanah juga memiliki peranan penting, sehingga intensitas pemupukan harus dijaga tetap rutin agar kebutuhan nutrisi tetap terjamin. Pemupukan tanaman pokok sendiri hendaknya dilakukan sejak lubang tanam dibuat. Sedangkan pemupukan lanjutan bisa dilakukan berdasarkan kebutuhan, bahkan dengan pola wana farma, pemeliharaan tanaman pokok berupa penyiangan, pendangiran dan pemupukan dapat dikurangi atau bahkan tidak dilakukan, karena dengan adanya tanaman bawah kegiatan pemeliharaan pada tanaman okok tersebut secara bersamaan akan terpelihara seiring pemeliharaan tanaman bawah.

Selain faktor pemupukan, perlu dilakukan pemeliharaan pada tanaman pokok diantaranya prunning (yakni pemangkasan cabang). Prunning harus dilakukan secara rutin agar tidak terjadi percabangan pada batang tanaman pokok.

Beberapa jenis tanaman obat-obatan yang dapat dibudidayakan dibawah tegakan dan bersifat toleran (tahan naungan) sampai 45 % seperti :
 Kunyit
  Jahe
 Temulawak
  Kencur
 Kapolaga

Penaman hutan rakyat dengan pola wana farma dapat memberikan pendapatan langsung, dan dapat memperbaiki kualitas lingkungan, menciptakan iklim mikro, memperbaiki struktur tanah, dan mengendalikan erosi serta dapat menciptakan kesempatan kerja sehingga pendapatan dan kesejahteraan masyarakat bisa lebih baik.



CARA PERLAKUAN DAN PENABURAN BIJI GMELINA (Gmelina arborea)

Posted by IIS YUNINGSIH on Kamis, Juni 15, 2017 with 5 comments




CARA PERLAKUAN DAN PENABURAN
BENIH GMELINA (Gmelina arborea)

Perbanyakan tanaman dapat dilakukan melalui dua cara yaitu cara generatif dan cara vegetatif. Cara generatif merupakan perbanyakan tanaman melalui biji. Biji setiap jenis tanaman memiliki kekerasan dan ketebalan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan perlakuan khusus sebelum ditabur.

Penaburan merupakan kegiatan untuk memperoleh kecambah yang berkualitas melalui penaburan ini kita dapat memilih kecambah yang sehat dan berbatang lurus untuk disapih ke polibag.

Penaburan menggunakan bak kecambah dengan menggunakan bahan dari papan atau baki yang terbuat dari bahan plastik, penaburan dengan menggunakan bak kecambah ini lebih mudah di bawa ke lokasi bedeng sapih sehingga lebih praktis dalam penyapihan.

Perlakuan
Perlakuan pada biji gmelina dilakukan dengan merendam biji gmelina dengan air dingin selama 48 jam, kemudian tiriskan dan siap untuk ditabur pada bak kecambah.


Gambar 1. Biji Gmelina yang sudah direndam


Media tabur
Bak kecambah dibuat dari bahan papan dengan ukuran 50 cm x 30 cm x 20 cm atau ukuran disesuaikan dengan kebutuhan, yang penting bak kecambah bisa diangkat dan dibawa ke lokasi bedeng sapih.

Gambar 2. Pembuatan Bak kecambah

Media tabur yang digunakan adalah limbah serbuk gergaji. Limbah serbuk gergaji terlebih dahulu dibersihkan/diayak terpisah dari limbah yang besar.

Gambar 3. Pengisian serbuk gergaji pada bak kecambah


Penaburan
Masukan ¾ limbah serbuk gergaji kedalam bak kecambah, siram dengan air hingga serbuk gergaji menjadi padat, kemudian taburkan biji gmelina sehingga rata dan tidak bertumpang tindih satu sama lain,tutup kembali dengan serbuk gergaji secara tipis dengan ketebalan kurang lebih 1 mm, siram dengan air sampai serbuk gergaji menjadi padat.

Gambar 4. Proses penaburan biji gmelina

Biji gmelina yang sudah di tabur pada bak kecambah, kemudian simpan ditempat yang terkena sinar matahari langsung.

Gambar 5. Biji Gmelina selesai ditabur