HAMA DAN PENYAKIT YANG SERING MENGGANGGU TANAMAN SENGON

Posted by IIS YUNINGSIH on Kamis, September 26, 2019 with No comments

HAMA DAN PENYAKIT
YANG SERING MENGGANGGU TANAMAN SENGON

Tanaman sengon merupakan tanaman yang cepat tumbuh sehingga banyak diminati oleh masyrakat, selain itu sengon juga sangat mudah dalam pemasarannya. Hal tersebut menyebabkan tingginya minat masyarakat menanam sengon sehingga bermunculan sentra-sentra sengon disetiap daerah.
Namun dalam proses penanaman, ada beberapa kendala yang pasti dihadapi, salah satunya adalah serangan hama dan penyakit.
Sebelum kita membasmi hama dan penyakit pada tanaman sengon, tentu yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu jenis-jenis hama dan penyakit pada  tanaman sengon. Berikut ini adalah hama dan penyakit yang paling sering menganggu tanaman sengon.
1. Ulat kantung
Hama Ulat Kantong menyerang pada musim kemarau , berdampak sangat serius dan menyebabkan kematian sengon.  Serangan hama Ulat Kantong ini terjadi sangat cepat, hanya sekitar 38 hari. Serangan hama Ulat Kantong akan berhenti bila ulat ini sudah berkembang menjadi pupa dan kupu-kupu. Pada fase itu, dipastikan penanganan sudah terlambat, karena semua daun sudah kering dan meranggas. Ulat Kantong termasuk polypag, yakni pemakan segala. Tidak hanya sengon saja yang dimakan namun juga jenis kayu lainnya. Kebanyakan  yang  diserang tanaman sengon yang ditanam dengan cara monokultur.
Ulat Kantong menyerang sengon segala umur.  Siklus hidup telur 1-3 minggu, larva 2 minggu, pupa 2 minggu dan ngengat atau imago 4 minggu. Setelah 2-3 minggu, telur menetas secara bersamaan, beribu-ribu ulat kecil bergelantungan mencari tempat dan makanan. Pada saat bersamaan, induk dari Ulat Kantong melepaskan diri dan jatuh ke tanah.
Tanda-anda Serangan Hama Ulat Kantong/Gejalanya
Lapisan daun bagian bawah terlebih dahulu diserang, daun lama-kelamaan nampak terawang.
Klorofil daun habis, daun berubah warna menjadi merah kecoklatan.  Pada musim kemarau daun kering dan tanaman mati.
Pengendalian ulat kantong
Hama Ulat Kantong dapat dikendalikan dengan 3 cara, yakni dengan cara biologis, mekanis dan kimiawi
A.   Pengendalian secara biologis
dengan menggunakan musuh alami dapat menggunakan burung pemakan ulat.
B.   Pengendalian secara mekanis
 Dengan melakukan pemotongan pada daun yang terserang pada saat stadium
 pupa kemudian dibakar
C.   Pengendalian secara kimiawi
dengan menggunakan insektisida sistemik dengan cara diinfus dan disuntikkan pada batang tanaman..
§  Injeksi lewat batang (pengeboran)
Pengeboran bisa dengan bor tangan atau dengan besi yang ditancapkan ke pangkal batang, tujuannya hanya untuk membuat lubang untuk menyuntikkan insektisida. Lubang pengeboran harus dibuat miring kedalam, tujuannya agar insektisida yang disuntikkan nantinya tidak kembali keluar. Setelah lubang dibuat maka insektisida disuntikkan dengan takaran 2 ml per pohon atau tergantung dengan besar kecilnya pohon dan tinggi rendahnya intensitas serangan hama ulat. Setelah insektisida disuntikkan lubang ditutup kembali dengan menggunakan kapas atau lilin. Monitoring dilakukan setelah satu minggu, jika masih ada serangan maka penyuntikan bisa dilakukan kembali, tetapi biasanya sekali injeksi hama ulat bisa dikendalikan.                                     
  •            Takik (membuka kulit)

Takik adalah injeksi dengan cara membuka kulit (seperti okulasi) tetapi tidak menghilangkan kulit yang telah dibuka. Kulit tersebut dibuka kemudian diselipkan kapas, kapas inilah sebagai tempat kita melakukan injeksi. Setelah injeksi dilakukan kulit ditutup kembali dengan tali atau plastik. Kelemahan cara ini adalah akan menimbulkan bekas pada kulit, dan harga pengendalian per pohon relatif lebih besar mengingat akan membutuhkan plastik atau tali dan prestasi kerja lebih rendah daripada dengan cara bor.
  •        Injeksi lewat akar

Cara ini dilakukan dengan cara menggali tanah untuk mencari akar yang diameternya kurang dari 1 cm atau besarnya seukuran pensil. Siapkan plastik es atau bekas botol air mineral, larutkan insektisida dengan konsentrasi 10 ml per liter, kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam plastik atau bekas botol air mineral. Akar yang telah dipilih kemudian dipotong dan ujung akar yang telah dipotong tersebut dimasukkan ke dalam plastik atau botol air mineral (harus tercelup). Kalau menggunakan plastik harus diikat agar tidak tumpah, kemudian ditutup kembali dengan tanah.

2. Hama Boktor/Uter-uter (Xystrocera festiva, ordo Coleoptera)
Titik awal serangan hama boktor adalah adanya luka pada batang. Umumnya telur diletakkan pada celah luka di batang. Telur baru ditandai utuh, belum berlubang-lubang; bila telur sudah berlubang-lubang dimungkinkan bahwa telur sudah menetas. Sejak larva keluar dari telur yang baru beberapa saat menetas, larva sudah merasa lapar dan segera
melakukan aktivitas penggerekan ke dalam jaringan kulit batang di sekitar lokasi dimana larva berada. Bahan makanan yang disukai larva boktor adalah bagian permukaan kayu gubal (xylem) dan bagian permukaan kulit bagian dalam (floem). Adanya serbuk gerek halus yang menempel pada permukaan kulit batang merupakan petunjuk terjadinya gejala serangan awal.

Pengendalian Hama Boktor
Ada 6 prinsip pengendalian hama boktor pada tegakan sengon, yaitu cara silvikultur, manual, fisik/mekanik, biologis, kimiawi dan terpadu.
A.   Pengendalian secara silvikultur dilakukan dengan :
Upaya pemuliaan, melalui pemilihan benih/bibit yang berasal dari sengon yang memiliki ketahanan terhadap hama boktor.
B.   Pengendalian secara manual, antara lain dilakukan dengan :
Mencongkel kelompok telur boktor pada permukaan kulit batang sengon menyeset kulit batang tepat pada titik serangan larva boktor sehingga larva boktor terlepas dari batang dan jatuh ke lantai hutan diperlukan ketrampilan petugas dalam mengenali tanda-tanda serta gejala awal serangan hama boktor.
C.   Pengendalian secara fisik/mekanik, antara lain dilakukan dengan :
kegiatan pembelahan batang sengon yang terserang boktor, pembakaran batang terserang boktor sehingga boktor berjatuhan ke tanah, dengan cara pembenaman batang terserang ke dalam tanah.
D.   Pengendalian secara biologis, dilakukan dengan :
menggunakan peranan musuh alami berupa parasitoid, predator atau patogen yang menyerang hama boktor,caranya dengan membiakkan musuh alami kemudian melepaskannya ke lapangan agar mencari hama boktor untuk diserang, musuh alami ini diharapkan akan mampu berkembang biak sendiri di lapangan.
3. Penyakit Karat Puru/Tumor
Gejala karat puru yaitu terlihat adanya pertumbuhan lebih, diawali dengan adanya pembengkakan lokal bagian tanaman yang terserang (daun, cabang, dan batang). Lama kelamaan pembengkakkan berubah menjadi benjolan-.yang kemudian menjadi bintil-bintil kecil atau disebut tumor.
Tumor yang masih muda berwarna hijau kecoklat-coklatan muda yang diselimuti oleh lapisan seperti tepung berwarna agak kemerah-merahan yang merupakan kumpulan dari sporanya, sedangkan tumor yang tua berwarna coklat kemerah-merahan sampai hitam dan biasanya tumor sudah keropos berlubang serta digunakan sebagai sarang semut/serangga. Jika tanaman mengalami serangan yang parah, maka seluruh bagian tanaman  akan terganggu.
Karat puru pada tanaman sengon adalah jenis jamur Uromycladium tepperianum (Sacc.). Jenis ini dianggap parasit obligat yaitu hanya dapat tumbuh dan berkembang biak pada jaringan hidup.
Pengendalian
Diupayakan dilakukan penanganan sedini mungkin terhadap serangan Karat Tumor dengan cara mengetahui gejala-gejala serangan penyakit tersebut. Pengendalian penyakit Karat Tumor dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan menghilangkan tumor pada bagian pohon yang terserang. Tumor dikumpulkan dan dikubur dalam tanah agar tidak menular. Setelah Tumor dihilangkan batang dilabur dan disemprot dengan bahan sebagai berikut :
1. Kapur 1 kg dilarutkan dalam air 5 – 10 liter (untuk 50 pohon).
2. Belerang 1 kg dilarutkan dalam air 5 – 10 liter (untuk 50 pohon).
3. Kapur dicampur dengan belerang dengan perbandingan1:1 dilarutkan dalam air 5 – 10 liter (untuk 50 pohon)..