HAMA DAN PENYAKIT
YANG SERING MENGGANGGU TANAMAN
SENGON
Tanaman sengon merupakan tanaman yang cepat
tumbuh sehingga banyak diminati oleh masyrakat, selain itu sengon juga sangat
mudah dalam pemasarannya. Hal tersebut menyebabkan tingginya minat masyarakat
menanam sengon sehingga bermunculan sentra-sentra sengon disetiap daerah.
Namun dalam proses penanaman, ada beberapa
kendala yang pasti dihadapi, salah satunya adalah serangan hama dan penyakit.
Sebelum kita membasmi hama dan penyakit pada
tanaman sengon, tentu yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu
jenis-jenis hama dan penyakit pada
tanaman sengon. Berikut ini adalah hama dan penyakit yang paling sering
menganggu tanaman sengon.
1. Ulat kantung
Hama Ulat Kantong menyerang pada musim kemarau ,
berdampak sangat serius dan menyebabkan kematian sengon. Serangan hama Ulat Kantong ini terjadi sangat
cepat, hanya sekitar 38 hari. Serangan hama Ulat Kantong akan berhenti bila
ulat ini sudah berkembang menjadi pupa dan kupu-kupu. Pada fase itu, dipastikan
penanganan sudah terlambat, karena semua daun sudah kering dan meranggas. Ulat
Kantong termasuk polypag, yakni pemakan segala. Tidak hanya sengon saja yang
dimakan namun juga jenis kayu lainnya. Kebanyakan yang
diserang tanaman sengon yang ditanam dengan cara monokultur.
Ulat Kantong menyerang sengon segala umur. Siklus hidup telur 1-3 minggu, larva 2
minggu, pupa 2 minggu dan ngengat atau imago 4 minggu. Setelah 2-3 minggu,
telur menetas secara bersamaan, beribu-ribu ulat kecil bergelantungan mencari
tempat dan makanan. Pada saat bersamaan, induk dari Ulat Kantong melepaskan
diri dan jatuh ke tanah.
Tanda-anda Serangan Hama Ulat Kantong/Gejalanya
Lapisan daun bagian bawah terlebih dahulu
diserang, daun lama-kelamaan nampak terawang.
Klorofil daun habis, daun berubah warna menjadi
merah kecoklatan. Pada musim kemarau daun kering dan tanaman mati.
Pengendalian ulat kantong
Hama Ulat Kantong dapat
dikendalikan dengan 3 cara, yakni dengan cara biologis, mekanis dan kimiawi
A. Pengendalian secara biologis
dengan menggunakan
musuh alami dapat menggunakan burung pemakan ulat.
B. Pengendalian secara mekanis
Dengan melakukan pemotongan pada daun yang
terserang pada saat stadium
pupa kemudian dibakar
C. Pengendalian secara kimiawi
dengan menggunakan insektisida
sistemik dengan cara diinfus dan disuntikkan pada batang tanaman..
§ Injeksi lewat batang
(pengeboran)
Pengeboran bisa dengan bor tangan atau dengan besi yang ditancapkan ke
pangkal batang, tujuannya hanya untuk membuat lubang untuk menyuntikkan insektisida.
Lubang pengeboran harus dibuat miring kedalam, tujuannya agar insektisida yang
disuntikkan nantinya tidak kembali keluar. Setelah lubang dibuat maka
insektisida disuntikkan dengan takaran 2 ml per pohon atau tergantung dengan
besar kecilnya pohon dan tinggi rendahnya intensitas serangan hama ulat.
Setelah insektisida disuntikkan lubang ditutup kembali dengan menggunakan kapas
atau lilin. Monitoring dilakukan setelah satu minggu, jika masih ada serangan
maka penyuntikan bisa dilakukan kembali, tetapi biasanya sekali injeksi hama
ulat bisa dikendalikan.
- Takik (membuka kulit)
Takik adalah injeksi dengan cara membuka kulit (seperti okulasi) tetapi
tidak menghilangkan kulit yang telah dibuka. Kulit tersebut dibuka kemudian
diselipkan kapas, kapas inilah sebagai tempat kita melakukan injeksi. Setelah
injeksi dilakukan kulit ditutup kembali dengan tali atau plastik. Kelemahan
cara ini adalah akan menimbulkan bekas pada kulit, dan harga pengendalian per pohon relatif lebih besar mengingat akan membutuhkan plastik atau tali dan prestasi kerja
lebih rendah daripada dengan cara bor.
- Injeksi lewat akar
Cara ini dilakukan dengan cara menggali tanah untuk
mencari akar yang diameternya kurang dari 1 cm atau besarnya seukuran pensil.
Siapkan plastik es atau bekas botol air mineral, larutkan insektisida dengan
konsentrasi 10 ml per liter, kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam
plastik atau bekas botol air mineral. Akar yang telah dipilih kemudian dipotong
dan ujung akar yang telah dipotong tersebut dimasukkan ke dalam plastik atau
botol air mineral (harus tercelup). Kalau menggunakan plastik harus diikat agar
tidak tumpah, kemudian ditutup kembali dengan tanah.
2. Hama Boktor/Uter-uter (Xystrocera
festiva, ordo Coleoptera)
Titik awal serangan hama
boktor adalah adanya luka pada batang. Umumnya telur diletakkan pada celah luka
di batang. Telur baru ditandai utuh, belum berlubang-lubang; bila telur sudah
berlubang-lubang dimungkinkan bahwa telur sudah menetas. Sejak larva keluar
dari telur yang baru beberapa saat menetas, larva sudah merasa lapar dan segera
melakukan aktivitas
penggerekan ke dalam jaringan kulit batang di sekitar lokasi dimana larva
berada. Bahan makanan yang disukai larva boktor adalah bagian permukaan kayu gubal
(xylem) dan bagian permukaan kulit bagian dalam (floem). Adanya
serbuk gerek halus yang menempel pada permukaan kulit batang merupakan petunjuk
terjadinya gejala serangan awal.
Pengendalian Hama Boktor
Ada 6 prinsip pengendalian
hama boktor pada tegakan sengon, yaitu cara silvikultur, manual, fisik/mekanik,
biologis, kimiawi dan terpadu.
A.
Pengendalian secara
silvikultur dilakukan dengan :
Upaya pemuliaan, melalui
pemilihan benih/bibit yang berasal dari sengon yang memiliki ketahanan terhadap
hama boktor.
B.
Pengendalian
secara manual, antara lain dilakukan dengan :
Mencongkel kelompok telur
boktor pada permukaan kulit batang sengon menyeset kulit batang tepat pada
titik serangan larva boktor sehingga larva boktor terlepas dari batang dan
jatuh ke lantai hutan diperlukan ketrampilan petugas dalam mengenali
tanda-tanda serta gejala awal serangan hama boktor.
C.
Pengendalian secara
fisik/mekanik, antara lain dilakukan dengan :
kegiatan pembelahan batang sengon yang terserang boktor, pembakaran batang
terserang boktor sehingga boktor berjatuhan ke tanah, dengan cara pembenaman
batang terserang ke dalam tanah.
D.
Pengendalian secara biologis,
dilakukan dengan :
menggunakan peranan musuh
alami berupa parasitoid, predator atau patogen yang menyerang hama
boktor,caranya dengan membiakkan musuh alami kemudian melepaskannya ke lapangan
agar mencari hama boktor untuk diserang, musuh alami ini diharapkan akan mampu
berkembang biak sendiri di lapangan.
3.
Penyakit Karat Puru/Tumor
Gejala karat puru yaitu
terlihat adanya pertumbuhan lebih, diawali dengan
adanya pembengkakan lokal bagian tanaman yang terserang (daun, cabang, dan
batang). Lama kelamaan pembengkakkan berubah menjadi benjolan-.yang
kemudian menjadi bintil-bintil kecil atau disebut tumor.
Tumor yang masih muda berwarna hijau
kecoklat-coklatan muda yang diselimuti oleh lapisan seperti tepung berwarna
agak kemerah-merahan yang merupakan kumpulan dari sporanya, sedangkan tumor
yang tua berwarna coklat kemerah-merahan sampai hitam dan biasanya tumor sudah
keropos berlubang serta digunakan sebagai sarang semut/serangga. Jika tanaman mengalami serangan yang
parah, maka seluruh bagian tanaman akan
terganggu.
Karat puru pada tanaman
sengon adalah jenis jamur Uromycladium tepperianum (Sacc.). Jenis ini
dianggap parasit obligat yaitu hanya dapat tumbuh dan berkembang biak pada
jaringan hidup.
Pengendalian
Diupayakan dilakukan penanganan sedini mungkin
terhadap serangan Karat Tumor dengan cara mengetahui gejala-gejala serangan
penyakit tersebut. Pengendalian penyakit Karat Tumor dapat dilakukan dengan
cara mekanik yaitu dengan menghilangkan tumor pada bagian pohon yang terserang.
Tumor dikumpulkan dan dikubur dalam tanah agar tidak menular. Setelah Tumor
dihilangkan batang dilabur dan disemprot dengan bahan sebagai berikut :
1. Kapur 1 kg dilarutkan dalam air 5 – 10 liter (untuk 50 pohon).
2. Belerang 1 kg dilarutkan dalam air 5 – 10 liter (untuk 50 pohon).
3. Kapur dicampur dengan belerang dengan perbandingan1:1 dilarutkan dalam air 5 – 10 liter (untuk 50 pohon)..
1. Kapur 1 kg dilarutkan dalam air 5 – 10 liter (untuk 50 pohon).
2. Belerang 1 kg dilarutkan dalam air 5 – 10 liter (untuk 50 pohon).
3. Kapur dicampur dengan belerang dengan perbandingan1:1 dilarutkan dalam air 5 – 10 liter (untuk 50 pohon)..